SETIA UNTUK SATU NAMA
Suara kaki berlari terdengar di tepi jalan memecah pagi. Nanda dan teman-temannya terlihat sedang berolah raga, jogging, tujuan mereka tak lain adalah dermaga!
Gelisah terus mengganggu hati Nanda. Nanda adalah seorang cowok yang duduk di bangku SMA, dia pindahan dari salah satu sekolah menengah atas terfavorit di kotanya. Saat ini Nanda bersekolah di SMA desa yang dekat hutan dan persawahan.
Hari pertama Nanda masuk, semua terasa biasa, belum ada teman yang mau berteman dengannya. Satu minggu kemudian, datanglah seorang cewek bernama Febrye, dia dikenal sebagai anak yang pandai, friendly, disenangi guru, dan suka berteman dengan cowok daripada dengan cewek.
“Hey….!” Sapa Febrye. “Iya…. Siapa?” sahut Nanda sambil mendongakkan kepalanya yang sedari tadi tergeletak di meja. “Aku Febrye…. Kamu Nanda kan?” ia menebak. “Ya, bener banget.” Balas Nanda.
Mereka bercakap-cakap dan saat itu dimulailah persahabatan antara Nanda dan Febrye. Febrye sering mengajak Nanda keluar, jalan-jalan, shopping, atau untuk sekedar berolah raga. Semenjak itu Nanda selalu menjemput Febrye, mereka sudah saling kenal dengan orang tua masing-masing, semuanya bersahabat.
Suatu hari, di sekolah mereka diadakan PENSI. Setiap kelas harus menampilkan perwakilannya untuk mengisi acara tersebut. Febrye menjadi perwakilan dari kelasnya. Nanda mengucapkan selamat atas terpilihnya Febrye sebagai perwakilan kelasnya. Febrye sangat lihat bermain gitar dan dia juga suka menyanyi, ketika teman-temannya memilih dia untuk tampil, Febrye menyetujuinya dengan sangat antusias.
Tibalah hari yang ditunggu-tunggunya. “Ma, aku berangkat dulu, ntar Mama dan Papa nyusul ke sekolah!” pamit Febrye sambil membawa gitarnya keluar. “Hati-hati sayang!” balas mamanya.
Febrye berjalan menuju ke arah Nanda. Nanda telah siap berangkat ke sekolah bersamanya. “Pagi, Feb! sapanya. “Pagi juga manis!” jawabnya genit…. he he he, maklumlah si Febrye…! “Siap berangkat…? Let’s go……!!” Febrye sangat bersemangat pagi itu, tak sampai sepuluh menit, mereka tiba di sekolah.
Hari itu hari Sabtu matahari bersinar dengan cerahnya, panggung yang megah telah berdiri di tengah lapangan basket, menantikan penampilan yang pastinya seru-seru. Febrye menampilkan 2 penampilan. Penampilan pertama, kedua, ketiga, sampai akhirnya keempat, “Kita sambut…… Febrye…… yang akan bermain dengan gitarnya, tepuk tangan……!!!” suara MC dengan semangat. Tepuk tangan terdengar sangatlah keras. Cewek dengan rambut panjang yang diikat memakai bando hitam baju kaos putih, bertuliskan “I’m yours”, dengan celana borju panjang.
Febrye berjalan menuju kursi yang telah disediakan di tengah panggung. Dia duduk dan menatap penonton. “Selamat pagi semuanya, saya akan membawakan lagu yang berjudul “Rindu 1/2 mati by D’Masiv”. Febrye pun menyanyi, dia bernyanyi dengan hati, alunan suara gitar yang di petiknya sangatlah indah untuk didengar, dipadukan dengan suara Febrye yang sangat khas!!
Penampilan pertama Febrye berjalan dengan lancar dan sukses. “Aku akan mengatakannya sebentar lagi,” bisik Febrye. Nanda tersenyum dan membawakan air mineral untuknya. “Fantastic perform and this is for you.” Jelas Nanda. “Thank you.” Balas Febrye.
“Bagus banget penampilan lu, Feb, gw sampe merinding dengernya, hi……” sahut temannya yang lagi mempersiapkan kostum untuk penampilan Febrye berikutnya. “Ada-ada aja, lu…!” “Kayaknya ada yang lagi cinlok neh, khem… khem…” sindir temannya yang bernama cacha itu. “Ya, … gw lagi PDKT ma cowok manis ini,” Febrye menjawab dengan Pdnya…!
Nanda hanya tersenyum, dia tersipu malu…!! “Apa iya itu bakalan terjadi???” harap Nanda.
“Ya……… inilah penampilan kedua Febrye, perwakilan dari XI-A1……! Yeach…… Febrye……” sorak teman-temannya. Nanda bergabung dengan teman-temannya di sebelah barat panggung sambil menunggu Febrye menaiki panggung.
“Inilah penampilan kedua sekaligus penampilan terakhir saya, saya akan membawakan sebuah lagu yang berjudul “Cinta ini membunuhku” masih tetap dari D’Masiv, karena saya adalah Masiver. Saya suka menyanyikan lagu D’Masiv, he he he. Ga ada yang nanya ya, he he he…”
“Huuuuuu, Febrye, Febrye…… ada-ada saja,” bisik Nanda dalam hatinya. Febrye menyanyikan lagu itu dan kembali penonton menikmati penampilan Febrye, tak lama terdengar suara penonton yang juga ikut menyanyi. “Cinta ini…… membunuhku…!”
Lagu selesai dinyanyikan dan ada seorang guru yang berdiri memberikan jempol dan aplaus, diikuti guru-guru lain yang bertepuk tangan dan mengangkat jempolnya. “Terima kasih semuanya.” Ucap Febrye dengan mata yang berkaca-kaca. “Saya tidak akan menampilkan penampilan seindah ini tanpa kalian semua, maaf sebelumnya saya ingin kalian tahu, di hati saya sekarang, saat ini, detik ini, Nanda, entah apa yang aku rasain saat ini, aku senang banget bisa jadi temanmu. Tapi rasa senang itu jadi berlebihan, setiap aku berdo’a sehabis aku sholat, di pikiranku selalu terlintas kamu, aku gak tau kenapa ini semua terjadi. (Nanda antusias mendengarnya). Apa ini rasa suka atau gimana? Yang jelas aku gak mau miliki orang itu, kalau pada akhirnya aku cuma membuatnya menderita, Nanda aku sayang kamu!! Rasa ini benar-benar tulus dari hati aku, maukah kau menjadi pendamping hidupku???” Febrye meneteskan air matanya.
Nanda segera naik ke atas panggung dengan membawa sebatang coklat kesukaan Febrye. “Sudah tidak usah menangis, teman-teman dan semuanya yang ada di sini, aku mau kalian semua yang menjadi saksi cinta kita, (Nanda menatap Febrye) kamu, Feb…… wanita terindah yang pernah aku temukan, aku mau menjadi pendamping hidupmu!!!” tegas Nanda, lalu menghapus air mata Febrye yang masih tersisa di pipi kanannya dan memberikan coklat yang sedari tadi ia persiapkan untuk Febrye.
Mereka berdua pun menjadi penutup acara pensi dan semuanya kembali pada kegiatan masing-masing. Terlihat beberapa orang sedang membongkar panggung dan merapikan kembali semuanya seperti biasa, Febrye dan Nanda terlihat sedang asyik bermain volly di tepi lapangan.
Mereka berdua sangatlah serasi, kompak, dan asyik banget. Gak kayak pasangan lainnya yang suka menebarkan kemesraan di muka umum. Aktivitas yang mereka lakukan, tak lain dan tak bukan adalah SMS_an, pulang bareng, jalan bareng, berolah raga bersama, kadang-kadang juga mereka ketemu di rumah. Febrye sayang banget sama Nanda, begitu juga dengan Nanda. Keluarga mereka sudah terlihat akrab dan Febrye sudah sangat menyayangi anggota keluarga Nanda, mulai dari ayahnya, mamanya, kakak, adik, dsb. (indah banget ya hubungan mereka, red).
Mereka berpacaran selama ± 2 tahun, pada saat itu mereka telah lulus SMA dan bersiap untuk memulai sekolahnya lagi di bangku kuliah, awalnya Febrye resah akan hubungannya yang akan ambruk saat Nanda akan duduk di bangku kuliahnya nanti, Febrye masuk di universitas ternama di kotanya dan saat itulah mereka berpisah. Yang dulunya pas waktu istirahat mereka bertemu, bermain volly bersama, sekarang tidak lagi. “Huh sepi…!!” bisik Febrye dalam hati.
Malam minggu yang sepi, dingin, dan sangatlah sunyi. “Beb, aku iri melihat bulan dan bintang yang selalu bersama, aku iri. Aku rindu kamu.” Febrye memeluk kakinya erat, tanpa basa-basi Febrye bergegas menuju ke kamarnya, mengambil jaket, gitar, dan kontak sepedanya, dia mengendarai sepedanya dengan kelajuan ± 80 km/jam. Malam itu dia merasakan rindu yang sangat dalam, tak sampai sepuluh menit, dia memencet bel, dan bi Inah (pembantu Nanda) yang sangatlah dekat dengan Febrye segera membukakan gerbang dan memeluk Febrye. “Aduh, Non. Non dari mana aja, bibi kangen sama, Non. Ayo masuk, Non, masuk. Den Nanda ada di dalam!” bi Inah girang melihat Febrye, dia memarkir sepedanya dan berjalan beriringan bersama bi Inah sambil membawa gitarnya.
“Den, Den, ada non Febrye di bawah!” bi Inah berbisik pada Nanda. “Oke, aku akan segera turun.” Nanda mengambil kaosnya dan segera bergegas menuruni tangga untuk menemui Febrye.
“Malem, Beb. Aku rindu kamu……” Nanda menyapanya dan memeluknya erat. “Aku juga rindu kamu, Beb, hmm!!” Febrye membalasnya dengan pelukan erat. “Kita ke pantai yuk, atau ke dermaga aja. Terserah kamu deh.” Ajak Nanda. “Oke deh, kita ke pantai aja. Motorku di sini ya, aku bawa gitar!” lanjut Febrye. “That’s okay, Beb…!”
Mereka berdua menuju pantai dan mereka duduk di sebuah perahu…… “Okay, moon, stars, sand, and you my heart (sambil menunjuk muka Nanda), I will singing a song for my beby,…… and I want he know, what is the meaning of quite night!!!” (Nanda tersenyum).
Febrye menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “Love setengah mati”. Tak dapat ku hidup tanpa senyumanmu, sayang, ku mencintaimu! Itulah potongan lirik yang Febrye nyanyikan. “Bagus!!” (Nanda berbisik di dekat telinga Febrye). “Thank you, Beb.” Balasnya.
“Kamu tau gak, bulan dan bintang-bintang yang ada di langit malam ini…… mereka selalu berdua menghiasi malam-malam kita,” (seraya menunjuk ke langit).
“Aku tahu, Beb. Aku sayang kamu……” Nanda mencium kening Febrye. “Malam ini aku ingin mengatakan satu kalimat untukmu, Beb. Aku gak mau kehilangan kamu!!!”
Malam itu mereka lewati dengan diselimuti angin malam di pantai, pagi harinya mereka kembali pada aktivitas masing-masing.
Suatu hari, ada seorang teman Febrye, chacha, yang berkata, “Kamu tahu, apa yang dilakukan Nanda di belakang kamu?? Kamu tahu Feb, aku teman kamu aja nangis!! Feb, temenku ngeliat Nanda setiap hari antar jemput cewek, dan aku melihat sendiri dengan mata kepalaku sendiri.” (sambil menunjuk matanya sendiri). Ifa menyampaikannya dengan nada kesal dan air matanya pun mengalir.
“Bulsyit!!! Bohong!!! Gak mungkin itu terjadi, Ifa, gak mungkin!!!” Febrye menjawab dengan nada santai.
Sepulang kuliah, Febrye iseng sejenak berjalan di depan universitas si Nanda dan …… Febrye melihat Nanda bersama seorang cewek berjilbab yang gak Febrye kenal. Febrye berlalu dengan air matanya yang mengalir deras. “Apa yang kamu lakukan, Beb?? Apa??? Kenapa cewek itu merangkulmu, Beb??? Apa dia gak tau, kamu sudah ada aku??? Ya Tuhan!!!” Febrye menangis di jalan dan saat itu dia sangat-sangat marah, kesal, dan ngerasa Nanda sudah menghianatinya, dia menangis.
Tak lama kemudian handphone Febrye berbunyi, ternyata Nanda yang menelpon. “Kamu jangan salah paham dulu, Beb. Dia itu cuma temenku!! Only a friend!!!” jelas Nanda. “Udah!!! Aku gak butuh penjelasan kamu, aku gak butuh!!! Kalaupun dia cuma teman, apa harus dia merangkulmu??? Aku benci kamu, Beb!!! Kita putusss!!! Udha cukup semuanya sampe di sini!!!” Febrye menyampaikannya dengan nada kesal dan membanting ponselnya ke lantai.
Ketika dia mengambil ponselnya lagi, ternyata LEDnya sudah hancur, dia menuliskan sebuah pesan untuk Nanda.
“Aku ingin berterima kasih pada Tuhan, Allah, yang telah mengirimkan seorang Nanda padaku, di saat jiwaku mengering, pada Nanda yang telah memberikan kebahagiaan dengan senyumnya, yang mengisi kehampaan dengan tawanya dan yang telah menemani hari-hariku dengan ketulusan hatinya.
Aku juga ingin memohon maaf, waktu kamu membaca pesan ini, saat itulah mungkin aku sudah pergi, maaf kalau aku membuatmu sedih, maaf kalau aku gak bisa di sisimu saat kamu membutuhkan aku. Maaf kalau aku menyakitimu, maafkanlah sekali lagi kalau semua yang aku lakukan untukmu malah membuatmu menderita.
Maafkanlah keegoisanku, Nanda, aku cuma ingin kamu tau, Nanda, satu hal yang gak mungkin aku lakukan adalah melepaskanmu. Jadi saat aku sudah tak ada, aku mohon, lepaskanlah aku. Jalani kehidupanmu dengan warna-warna yang belum pernah aku bagi dan lakukan semua itu dengan senyum!” 12 Juli 2004 22: 30. by : Febrye.
(Febrye mengidap penyakit kanker otak stadium 4).
Setelah mengirim pesan itu, darah mengalir deras dari hidungnya, wajahnya terlihat pucat dan pusing yang sangat dahsyat dia rasakan. Dia tergeletak di lantai di samping gitar dan foto Nanda bersamanya. “I LOVE YOU Beib…… Thanks for all!!!
“La ila ha illallah, wa ashadu anna Muhammadur rasulullah,” itulah kalimat terakhir yang dia ucapkan. Dia meletakkan kedua tangannya di atas perutnya dan memejamkan matanya.
Ayahnya menelpon Nanda.
“Nak, …… Nanda …… Febrye…… Febrye……” terpotong. “Febrye kenapa, Yah?? Febrye… kenapa??” Nanda panik, telpon tertutup.
Nanda segera bergegas mengambil kontak dan menuju rumah Febrye. Nanda meneteskan air mata dan memecah kerumunan orang yang sedang melayat di rumah Febrye.
Nanda menemui ayah Febrye dan ayah Febrye memeluk Nanda erat. “Febrye telah meninggalkan kita selamanya!!” ucapnya haru. Terlihat juga keluarga Nanda menyusul. Saat itu hanya tangis dan air mata yang terlihat. Terdengar lantunan surat Yasin yang dibacakan orang-orang sekitar rumah Febrye. Nanda hanya menangis di samping jenazah Febrye. Keluarga Nanda dan keluarga Febrye berkumpul mengelilingi jenazah Febrye sambil membacakan do’a, mereka semua mengantarkan Febrye ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Batu nisan terpasang, setelah acara pemakaman selesai, satu per satu orang meninggalkan area pemakaman dan tinggallah seorang Nanda yang menyesali semuanya. “Maafkan aku, Feb. Maafkan aku, aku sayang kamu, kamu yang mengajariku arti kebenaran sebenarnya!” Nanda mencium nisan Febrye dan meletakkan sebuah mawar putih di samping batu nisannya. “Aku akan mencintaimu sampai kapan pun, Feb. Aku akan menjagamu selalu indah di hatiku, kamu akan selalu hidup. Aku gak akan pernah bisa mencari penggantimu, aku akan setia menjaga namamu di relung hatiku yang paling dalam!!!” Nanda meninggalkan tempat pemakaman dan menjalani hari-harinya dengan penyesalan.
CINTAILAH ORANG YANG MENCINTAI KITA!!!
HARGAI KETULUSANNYA
by : boh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar